Selasa, 14 Oktober 2008

Pohon Aren dan Manfaatnya

Aren merupakan tumbuhan berbiji tertutup dimana biji buahnya terbungkus daging buah. Pohon aren banyak terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih, maka batang pohon aren sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tuapun sulit diambil dari batangnya. Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari akar (untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda/janur untuk pembungkus kertas rokok. Hasil produksinya juga dapat dimanfaatkan, misalnya buah aren muda untuk pembuatan kolang-kaling, air nira untuk bahan pembuatan gula merah/cuka dan pati/tepung dalam batang untuk bahan pembuatan berbagai macam makanan.

Untuk dapat diambil patinya (tepungnya), pohon aren harus sudah berumur sekitar 20 tahun. Sampai saat inipun ternyata tepung dari batang pohon aren belum ada penggantinya (tepung substitusinya), sebab tepung aren memiliki keunggulan yang khas.

Cara Membuat Tepung Aren

Pembuatan tepung aren dilakukan melalui terlebih dahulu menebang batang pohon aren kemudian dipotong-potong sepanjang 1,25 - 2 meter. Potongan batang aren kemudian dipecah membujur menjadi empat bagian yang sama besarnya sehingga nampak bagian dalamnya dimana terdapat empelur yang mengandung sel-sel parenchym penyimpan tepung. Kemudian empelur dipisahkan dari kulit dalamnya, kemudian dipotong-potong menjadi 6-8 bagian, lalu digiling dengan menggunakan mesin parut. Hasil parutan berupa serbuk yang keluar dari mesin dikumpulkan kemudian diayak untuk memisahkan serbuk-serbuk dari serat-seratnya yang kasar. Proses selanjutnya adalah mengambil tepung dari serbuk-serbuk halus.

Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu : Arenge pinata (Wurmb) Merr, Arenge undulatitolia Bree, Arenge westerhoutii Grift dan Arenge ambcang Becc. Diantaranya keempat jenis tersebut yang sudah dikenal manfaatnya adalah arenge piƱata, yang dikenal sehari-hari dengan nama aren atau enau.

Bentuk Pohon, Bunga dan Buah

Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). BAtangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya,, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan.

Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin.

Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku)

Sumber Wikipedia

Kamis, 09 Oktober 2008

Manisan Kolang-kaling

Bulan Ramadhan usai, jelang Idul Fitri, masyarakat mulai sibuk dengan aneka kue dan masakan, minuman yang akan di hidangkan menyambut sanak-saudara yang akan bersilaturahmi.
Salah satu menu kesukaan kami adalah manisan kolang-kaling (buah atep, careuleuk).
Musim panas juga suasna yang pas melepas dahaga dengan manisan kolang-kaling.

Cara membuatnya :

Membuat manisan kolang-kaling alias buah atap nggak sesulit yang Anda kira. Pilih kolang-kaling yang pipih dan muda supaya lembut rasanya. Bisa buat sajian saat berbuka atau untuk hantaran kerabat dan sahabat.

Bahan:
2 kg buah atap/kolang-kaling
2 liter air cucian beras *)
1, 5 liter air
4 lembar daun jeruk purut
2 lembar daun pandan, potong-potong
600 g gula pasir
1 botol syrup (warna & rasa sesuai selera) atau Fanta (merah atau hijau)

PERINGATAN:
( Jangan memakai pewarna tambahan, apalagi pewarna textile TIDAK BAIK UNTUK KESEHATAN)

Cara membuat:
(1) Cuci bersih kolang-kaling. Rendam kolang-kaling dalam air cucian beras selama 4 jam atau lebih agar lendir dan aroma asamnya hilang. Tiriskan.
(2) Bilas dengan air bersih, tiriskan kembali.
(3) Rebus kolang-kaling bersama air, daun jeruk, dan daun pandan secukupnya hingga mendidih.
(4) Masukkan gula dan syrup Marjan (Cocopandan, Fanta Strawberry) untuk mendapatkan warna merah atau Marjan Melon untuk mendaptkan warna hijau, Masak terus hingga air berkurang dan kolang-kaling menjadi merah atau hijau. Tiriskan kolang-kaling.
(5) Jerangkan air siropnya hingga agak kental. Masukkan kembali kolang-kaling dan masak dengan api kecil hingga air siropnya habis atau hampir kering. Angkat.
(5) Dinginkan. Masukkan dalam wadah tertutup (topless). Simpan dalam lemari pendingin.
(6) Sajikan dan nikmati dalam kondisi dingin....
(7) Jangan lupa bagi tetangga Anda ....., biar senang.
(8) Kalau sudah terkenal kan bisa jadi peluang usaha
(9) Jika butuh buah ini dalam jumlah yang banyak silahkan kontak kami.

Salam Aren,
Suparno Jumar

Catatan :
Air cucian berasnya yang pertama, bukan yang ke-2 atau ke-3.

Kamis, 25 September 2008

Perjalanan Kopi Robusta Halimun











Kopi Robusta dari pegunungan Halimun, di produksi oleh ibu-ibu kelompok perempuan yang di fasilitasi oleh RMI, sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di isu kehutanan, pendidikan lingkungan hidup dan adil gender.
Kelompok ibu-ibu ini hanya memproduksi pada hari Jum'at dan Minggu, saat mereka libur melakukan aktifitas di kebun dan sawah.
Inilah proses-proses produksi yang mereka lakukan.

Poster - Poster

Sekilas tentang proses produksi nira aren di petani

Poster gaya hidup yang mengangkat harkat Kopi Misdok di dunia modern

Poster Kopi Misdok sebagai media promo di pameran-pameran yang kami lakukan,

Poster Pohon Aren sebagai media promo di pameran-pameran yang kami lakukan,

Poster-poster ini hasil kerja bareng
Community Empowerment Facilities - Java Learning Center (CEF JAVLEC)
RMI The Indonesian Institute for Forest and Environment
dan Kedai Halimun

Senin, 22 September 2008

Kawasan Ekosistem Halimun

View bukit dan bukit di Kawasan Gunung Halimun
(dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest and Environment)

View bukit di Kawasan Gunung Halimun
(dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest and Environment)


View lembah dan bukit di Kawasan Gunung Halimun
(dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest and Environment)



View pemukiman di lembah dari bukit di Kawasan Gunung Halimun
(dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest and Environment, Bogor)

View Pemukiman dan sawah dari bukit di Kawasan Gunung Halimun
(dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest and Environment, Bogor)

Papan peringatan dari Departemen Kehutanan di Kawasan Gunung Halimun
(dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest and Environment)


Kawasan Ekosistem Halimun adalah kawasan pegunungan yang selalu di selimuti kabut. Masyarakat yang bermukim di dalam dan sekitar Kawasan Ekosistem Halimun pada awalnya lebih mengenal tempat hidup mereka sebagai Kawasan Gunung Sangga Buana atau Tutugan Sangga Buana atau Leuweung Pangauban Sangga Buana yang bermakna gunung penyangga bumi, salah satu gunung tertinggi yang terdapat di dalamnya adalah Gunung Halimun.


Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul mempercayai bahwa Gunung Halimun merupakan satu kesatuan urat Gunung Kendeng yang tidak putus dari ujung timur sampai ujung barat dan sebagai penciri dalam pengelolaan wilayah.
Pada sebagian wilayah tersebut dilarang menggarap (membuka hutan) atau menebang pohon. Kegiatan yang di perbolehkan hanya terbatas pada pemanfaatan hasil hutan non kayu berupa rotan, madu, jamur dan tanaman obat. Wilayah ini harus selalu dijaga dari segala hal yang merusak dan menyebabkan munculnya berbagi bencana alam, sesuai dengan kewenangan yang di yakini untuk menjaga kelestarian Gunung Halimun
.
Istilah Kawasan Gunung Halimun muncul dan di ketahui oleh masyarakat setelah sebagian dari kawasan tersebut yang masih terdapat hutan-hutan primer.

Berdasar pengetahuan masyarakat, Kawasan Ekositem Halimun yang merupakan zona inti dan harus dijaga, dibatasi Gunung Botol di sebelah utara, Gunung Tangkuban Parahu/ Gunung Kamurang/ Pagoberan di sebelah Selatan, Gunung Ciawitali di sebelah barat dan Gunung Salimar di sebelah timur.
Di Kawasan ini ada sembilan kelompok utama dari Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul yaitu Kasepuhan Citorek, Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Sinaresmi, Kasepuhan Cicarub, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Urug, Kasepuhan Bayah, Kasepuhan Cisitu dan masyarakat adat Baduy di Kawasan Ekositem Halimun.

(Sumber RMI
The Indonesian Institute for Forest and Environment, Bogor dalam buku Nyoreang Alam Ka Tukang Nyawang Anu Bakal Datang )

Jumat, 19 September 2008

Plastik Ramah Lingkungan

Berpadu mengumpulkan sampah plastik yang mencemari sungai
(Sumber Dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest & Environment)

Aksi SD Bantarjati II dalam acara 'Aksi Bogor'
Membersihkan salah satu anak sungai di Kota Bogor
(Sumber Dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest & Environment)

Plastik merupakan kemasan yang sangat penting bagi industri. Penggunaannya sering menimbulkan masalah lingkungan karena sifatnya yang tak dapat di uraikan oleh alam. Namun, seiring perkembangan IPTEK, kini beberapa jenis plastik sudah dapat di uraikan.
Degradable plastic merupakan hasil perkembangan baru yang cukup penting, yang telah di kembangkan di negara maju dengan tujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Namun, hanya sedikit negara yang memiliki teknik tersebut, di antaranya USA dan Italia, yang masing-masing dengan teknik yang berbeda. Kedua negara telah dapat menghasilkan plastik yang secara alamiah dapat terurai sempurna, tapi harganya cukup tinggi, yaitu 10 kali lipat di banding plastik normal. Selain itu, teknik tersebut belum bisa di aplikasikan dalam skala industri.

Complete biodegradable plastics di bedakan dengan degradable plastics dalam kemampuan terurai atau tingkat degradasinya. Degradable plastics hanya memiliki tingkat degradasi 10-40%, sedangkan complete biodegradable plastics bisa mencapai tingkat 100%. Waktu degradasinya dapat di atur sesuai dengan kebutuhan pemakai akhir.

Bahan baku utama plastik ini adalah pati kompleks serta beberapa komponen additive. Plastik ini dapat menggantikan plastik yang terbuat dari produk turunan petroleum, bahan yang tidak dapat di perbaharui (non renewable).

Hasil pengujian laboratorium, antara lain oleh The State Plastic Product Quality Supervision and Ispection Centre, The National Engineering Research Centre of Novel Equipment for Polymer Processing, dan The Degradable Plastic Comimitee of The China Plastic Processing Industry Association menunjukan bahwa complete biodegradable plastics mempunyai mutu sebagai plastik yang sangat baik, sehingga bisa menjadi subtitusi plastik yang ada saat ini.

Karena itu, Complete biodegradable plastics dapat menjadi solusi untuk pemanfaatan bahan baku pertanian dan kelestarian lingkungan.

Jika bisa di kembangkan secara massal, plastik ini dapat mengatasi polusi plastik di dunia. (Berbagai sumber)

Kamis, 18 September 2008

Air Jernih & Bening

Air sungai di manfaatkan sebagai sarana untuk mandi, mencuci, mengairi lingkungan pertanian, memelihara ikan.

Sungai di Pegunungan Halimun
(Foto Dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest & Environment)

Air sungai yang masih bersih, bagi kita yang melihat terasa segar, apalagi sampai menceburkan sekedar berendan melepaskan kotoran yang menempel di tubuh.

Aliran sungai di Pegunungan Halimun memecah kesunyian
(Foto Dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest & Environment)

Entah sampai kapan kita bisa menikmati segarnya air sungai jika eksploitasi di hutan dan sumber mata air oleh orang-orang yang tidak 'merasa' punya tanggungjawab sosial pada masyarakat.

Pancuran khas pegunungan, segar melepaskan penat dari manapun
(Foto Dokumentasi RMI The Indonesian Institute for Forest & Environment)

Mudah-mudahan mata air tetap mengeluarkan airnya, sungai tetap mengalirkan airnya sehingga manusia tetap bisa hidup di bumi ini. Lestari Alamku......